Sebelum memasuki sebuah rumah, suatu
saat Anda akan menemukan sebuah ruangan yang mengantarkan Anda memasuki
ruang utama. Perabotan ruangan ini biasanya terdiri dari tempat duduk
dan meja hias, kabinet, cermin, tempat penyimpan baju luaran, topi, dan
payung. Ruangan ini juga biasa dihiasi dengan lighting, jam
besar, atau lukisan berbingkai pada dindingnya. Itulah foyer, ruang
transisi sebagai tempat menyambut tamu sebelum memasuki ruangan dalam
rumah. Pertanyaannya, mengapa foyer berisi Furniture dan ornamen tipikal seperti itu?
Foyer, Adopsi dari Arsitektur Barat
Ya, foyer memang merupakan konsep
ruangan rumah yang diambil dari arsitektur Barat yang secara geografis
mempunyai musim dingin. Awalnya sebuah foyer didesain di rumah-rumah
besar sebagai pengunci udara atau airlock untuk memisahkan
ruangan yang lebih panas yaitu ruangan tamu, dari arah bagian depan luar
rumah yang merupakan akses hawa dingin dari temperatur luar yang rendah
menyusup ke dalam (untuk memahami aliran udara dalam sebuah rumah Anda
dapat membaca tulisan prinsip Ventilasi Pengatur Sirkulasi Udara Rumah). Foyer sebagai airlock rumah juga berfungsi untuk melindungi rumah dari kontak langsung dari debu dan partikel polutan lainnya masuk ke dalam rumah.
Saat musim dingin, orang akan memakai
baju penghangat luar, topi, dan payung - pada musim salju - sehingga
orang akan melepas dan menyimpan semua itu di foyer sebelum memasuki
rumah. Khusus tamu, disediakan cermin dan kursi duduk untuk untuk berias
dan istirahat sejenak di sana. Ada juga foyer yang didesain dengan
wastafel tambahan untuk menyegarkan diri khususnya bagi tamu rumah.
Foyer mungil yang sangat cantik karya Pat Manning-Hanson dari Gabberts Design Studio & Fine Furniture |
Kini foyer lazim digunakan sebagai ruang
penyambut tamu sementara. Foyer dalam rumah bisa berbentuk area lorong
sederhana yang tidak harus memiliki furniture selengkap konsep awal di
atas. Di area ini diharapkan setidaknya tamu:
- mendapatkan suasana rumah yang hangat dan welcome
- dapat menyesuaikan diri dengan rumah
- merasa nyaman dengan disambut tuan rumah sebelum masuk
- mengenali struktur pedalaman desain rumah
Lalu bagaimana keputusan Anda, apakah rumah kita harus mengadopsi Foyer sebagai Ruang Transisi?
Semuanya tergantung pada selera dan konsep yang Anda pilih dalam
membangun rumah. Alternatif lain yang bisa Anda pilih bagi ruang
transisi penyambut tamu adalah beranda.
Beranda, Cocok untuk Iklim Tropis Indonesia
Beranda nampaknya lebih dulu kita kenal
daripada foyer. Kita sudah sering menyebut dengan emper, langkan, atau
serambi yang merujuk pada konsep serupa.
Rancang bangun orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah emper,
bagian depan rumah yang berupa sengkuap atau atap tambahan terbuka
(tidak berdinding) yang bersambung pada rumah induk. Serupa dengan
foyer, di emperan ini biasanya ada kursi atau amben (dipan
santai) yang dapat dipakai sebagai tempat bersosialisasi termasuk
menerima tamu akrab seperti tetangga dekat atau sebagai ruang transisi
guna menyambut tamu secara patut dan dipersilakan masuk sebagai
penghormatan. Jika emperan ini diberi tembok sekelilingnya dan tangga
naik, kita biasa menyebutnya dengan teras. Dan jika ukurannya panjang,
kita menyebutnya serambi atau beranda yang kita pinjam dari bahasa
Portugis varanda.
Beranda yang terbuka sesuai dengan iklim
tropis Indonesia yang panas. Di sana biasanya kita duduk bersantai
menikmati angin sambil ngobrol dengan sesama anggota keluarga maupun
tamu kita. Walaupun demikian, untuk memilih membuat foyer atau beranda
sebagai ruang transisi rumah, atau bahkan dua-duanya, semua tetap ada di
tangan Anda. Yang jelas, dengan memandang ruang ini sebagai ruang
transisi menyiratkan arti ruangan ini pada rumah adalah lebih pada
fungsi daripada penampilan.
No comments:
Post a Comment